Racun itu sebenarnya sudah mewabah di Kota Bandung pada pertengahan tahun 2006. Namun, seiring perjalanan waktu, proses, dan keberuntungan, membuat racun itu saat ini menyebar ke berbagai kota di Indonesia. Racun yang digemari banyak orang itu bernama The Changcuters.
The Changcuters merupakan sebuah grup musik asal Bandung, Indonesia. Grup musik yang dibentuk pada tahun 2005 ini beranggotakan Moh. Tria Ramadhani alias Tria (vokal), Muhammad Iqbal atau Qibil (backing vocal & gitar), Arlanda Ghazali Langitan atau Alda (gitar), Dipa Nandastra Hasibuan atau Dipa (bass), dan Erick Nindyoastomo alias Erick (drum). Album pertamanya adalah Mencoba Sukses (2006) dan diikuti album kedua (repackaged) Mencoba Sukses Kembali dirilis pada tahun 2008. Band ini umumnya bergenre rock.
Berdirinya band ini diprakarsai oleh Dipa, Tria dan Qibil yang teman sekampus. Mereka pun mengajak Alda dan Erik, yang juga teman Qibil main band saat SMU. Nama The Changcuters bukan bermakna jorok atau berasal dari Bahasa Sunda yang berarti pakaian dalam pria. Tapi berasal dari nama seorang sahabat, Cahaya, yang popular di mata mereka lantaran lucu.
Nama The Changcuters mulai dikenal sejak membintangi iklan ‘’Flexi’’ dengan jargon ‘’beuu’’. Sebelum itu, mereka telah merilis album pertama di bulan Agustus 2006 berjudul Mencoba Sukses. Album tersebut lahir dengan bantuan Uki Peterpan, termasuk dalam proses membuat master, proses duplicating kaset dan CD, jadwal studio rekaman dan biaya lainnya. Sayang album ini kurang sukses di pasaran. Lewat bantuan Uki pula The Changcuters bisa menembus Sony BMG. Setelah bergabung dengan Sony BMG, album kedua pun dirilis tahun 2008. Pada tahun yang sama, The Changcuters juga membintangi film berjudul The Tarix Jabrix. Tak hanya membintangi, beberapa soundtrack dalam film ini menggunakan lagu yang ada dalam album kedua mereka.
Dua tahun kemudian, Bandung sudah tidak mampu lagi memonopoli The Changcuters. Perpindahan dari minor ke major label Sony BMG tak kuasa membendung The Changcuters untuk merambah semua pelosok di Indonesia. Dengan album "Mencoba Sukses Kembali" (2008) yang mengandalkan single "Racun Dunia" dan "I Love U Bibeh" sebagai jagoan. Belum lagi efek "Tarix Jabrix", film perdana mereka yang ikut menyebarkan wabah fenomena The Changcuters di segmen anak, remaja, hingga dewasa.
Selain musik berdarah garage rock yang energik, penampilan rapi berseragam dengan corak bervariasi dan stage act terkonsep adalah salah satu ciri khas yang melekat pada The Changcuters dalam setiap penampilannya. Sebuah konsep yang memang sudah dirancang matang sejak awal band ini didirikan pada 2004, sebagai wujud kesadaran bahwa penampilan audiovisual merupakan satu paket tak terpisahkan dalam dunia pertunjukan. Filosofinya cukup sederhana. "Kami tidak ingin di antara kami ada yang lebih keren atau menonjol daripada yang lain. Kalau pakai seragam semuanya kan sama, enggak ada sirik-sirikan. Lagi pula kita ingin menunjukkan pada remaja, bahwa berseragam itu keren," ujar Mohammad Iqbal alias Qibil (lead guitar), yang sering disebut sebagai "dalang" di balik penampilan The Changcuters.
Keseragaman ini sekaligus menjadi magnet visual The Changcuters, hingga membuat band ini enak dipandang dalam setiap aksi mereka, di luar dugaan mampu "meracuni" gaya busana ribuan Changcut Rangers, sebutan penggemar The Changcuters.
Menurut Qibil, ide berseragam tercetus spontan dalam suasana bercanda saat dia, Tria (vocal), dan Dipa (bas) yang merupakan the founding father of the band, berikrar membentuk sebuah band yang beda dan lebih mengutamakan gaya untuk bisa eksis. Citra band rock yang cenderung berantakan dalam hal fashion, ingin ditepis lewat penampilan elegan namun tetap berkarakter.
"Dari awal ikut audisi kami sudah berseragam. Bagi kami, yang penting mah penampilan dulu. Pokoknya ingin jadi band dengan citra menak (ningrat) dan enak dipandang kayak pegawai bank," ujar Qibil setengah bercanda.
Uniknya, tidak ada fashion stylist khusus yang merancang koleksi puluhan setel kostum panggung mereka. Qibil adalah sosok yang mencoba berinovasi dengan mendesain sendiri busana yang melekat di tubuh kurus masing-masing personel The Changcuters. Berkiblat pada gaya busana grup band tahun 20 hingga 60-an, dia berimprovisasi dan melakukan mix and match dengan gaya populer. Hasilnya, puluhan set kostum bernapaskan vintage, mulai dari jaket kulit, kemeja berdasi, rompi, jas, dan celana ketat dengan beragam model dan warna, menjadi pemanis atraksi panggung mereka.
Prioritas utama pada gaya dan penampilan tidak serta merta membuat The Changcuters mengabaikan nilai musik mereka. Dengan segala influence yang dibawa masing-masing personel seperti Tria yang memuja rock ’n roll ala Rolling Stone, Dipa, Qibil, dan Erick yang menggandrungi britrock dan britpop, hingga metal yang digilai Alda, mereka sepakat menamai musik mereka "Garasi Rock ’n Roll ala Changcuters". Musik yang cenderung kental diwarnai garage rock juga rock ’n roll.
"Kami tidak bisa mendefinisikan musik kami dan tidak pernah terbebani dengan definisi atau aliran tertentu. Pokoknya yang ngerock dan ngehits," kata Qibil.
Kebebasan itu pula yang diterapkan The Changcuters dalam proses kreatif penciptaan sebuah lagu. Hampir semua lagu The Changcuters, termasuk "Racun Dunia" dan "I Love U Bibeh" yang sukses meracuni berbagai media dan mendongkrak popularitas The Changcuters, menurut Qibil lahir dari jamming saat latihan. "Kita selalu membuat musiknya dulu dengan ngejam, liriknya baru diilhami cerita kehidupan sehari-hari," ujar Qibil.
Tak lelah berkreasi, untuk lebih menancapkan "racun" di telinga penikmat musik tanah air, The Changcuters berencana untuk mengeluarkan album kedua yang konsepnya masih dirahasiakan. Untuk itu, mereka menjanjikan kejutan yang akan dipersembahkan sebagai jembatan ke album berikutnya tersebut. "Yang penting terus mengikuti konsep band, eksis terus sampai mati," ucap Tria mencoba serius.
Makanya, Tria dkk. lebih bergairah ketika menyebutkan kata "eksis" ketimbang "sukses". Pasalnya, mereka merasa jika kesuksesan hanya bisa diukur ketika mereka semua sudah berhenti berkarya. Mereka menilai, definisi sukses hanya bisa dinilai ketika orang lain bisa memetik manfaat dari proses menuju kesuksesan. "Tapi kalau masih menuju sukses, ya boleh lah," ucap Tria yang disertai anggukan dari empat temannya yang lain.
Ya, dengan segala usahanya, The Changcuters mencoba untuk semakin menancapkan eksistensi. Lalu, cara apa yang bakal ditempuh? "Tetap tahu apa yang gaul, tetap dandan, harus tahu tren, maksudnya sadar diri, sadar tampang, jadi nanti walaupun sudah enggak eksis ya dieksiskan lagi," ucap Tria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar